Unsent Letters 2
Malam semakin larut. Saat dimana aku mulai menulis surat kedua ku ini. Kuputar otakku kembali untuk memikirkan bagaimana bisa aku sampai memiliki perasaan terhadap dirinya. Bukan, bukan karena rupanya. Aku hanya bertemu beberapa kali. Bukan itu yang menjadi alasanku sampai bisa memiliki perasaan suka ini. Dia berbeda. Dari yg lain, aku pikir. Dia yang tidak dapat ditebak. Dia yang membuatku harus menguras otak untuk menimpali setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya. Kau bertanya bagaimana bisa aku menyukainya, padahal aku tidak setiap hari bertemu dengannya..? Aku akan menjawab, entahlah. Perasaan suka datang dengan sendirinya. Awalnya kupikir hanya perasaan mengagumi kepada sosok dirinya. Namun aku salah, perasaan itu bermetamorfosa menjadi perasaan suka terhadap dirinya.