Dream : July 13, 2017



Senja itu sehabis shalat ashar kawanku datang untuk berkunjung ke rumahku. Aku terheran- heran akan kedatangannya yang tak biasa. Aku bertanya kepadanya kenapa ia berkunjung sore-sore begini. Karena sebelumnya aku membuat janji untuk bertemu dengannya esok hari.
Dia menjawab pertanyaanku "Aku meluangkan waktu untuk bersillaturahmi barang sebentar saja, karena esok aku berhalangan untuk berkunjung ke rumahmu"
Aku bingung dibuatnya, lalu aku bertanyakembali, "Apa yang menghalangimu untuk berkunjung esok hari?". "Nenekku meninggal dunia siang ini, dan aku akan pulang ke kampung setelah aku berkunjung", Jawabnya.
Aku terkejut, tanpa berpikir panjang aku menyuruhnya untuk bergegas pulang dan bersiap-siap pergi ke kampung neneknya. Aku agak sedikit memarahinya, karena dia memilih repot-repot datang menemuiku padahal  mengirim pesan pun dapat dilakukan.
Ia pun pulang untuk bergegas pergi ke kampung neneknya.  Aku turut prihatin saat itu.
Pagipun tiba, aku menyempatkan diri untuk mengirimkan pesan kepada dirinya tentang persoalan sore itu. Lalu aku mencoba mengecek grup chat untuk mengatakan jika pertemuan hari ini dibatalkan.
Hari ini, karena perkumpulan dibatalkan, aku harus datang ke kampus untuk mengikuti kelas pagiku pada pukul 9 pagi hinggal pukul 11 siang. Setelah itu aku pulang kembali ke rumah dan berisitirahat, kantukpun tak dapat terelakkan lagi, aku pun lelap tertidur. Maklum, tadi malam aku begadang menonton drama korea kesukaanku.
Saat asik-asiknya aku bermimpi, aku mendengar suara berisik dari luar kamarku. Aku mencoba untuk membuka mata dan sedikit memaksakan tubuhku untuk berjalan keluar  melihat keadaan dibalik pintu kamarku.
Aku terkejut. Itu reaksi pertamaku.
Aku mencoba untuk mencubit pipiku memastikan jika semua ini bukan mimpi. Dan ya, ini memang bukan mimpi.
Aku melihat kawan-kawan ku di dalam rumahku. Ku ulangi sekali lagi. Kawan-kawan ku ada di dalam rumahku!!! Dan... dengan kesibukan dan kebisingan yang mereka buat.
Apa yang mereka lakukan di rumahku?”, pikirku.
Aku bingung. Terkesima dengan situasi saat ini. Aku mencoba bertanya kepada mereka. Namun, tidak ada satu orang pun yang merespon pertanyaanku. Karena semua orag terlalut dengan kesibukkan mereka, dan aku yang merasa terabaikan dengan sikap mereka, dengan kesabaran yang mulai menipis aku mencoba menggeret baju salah seorang temanku dan bertanya sekali lagi "Apa yang terjadi disini? Apa yang kau lakukan? Apa yang mereka lakukan?" tanyaku dengan nada tinggi dan muka yang kupasang galak di depannya. Dan dia pun menjawab "Kau?? Bukannya mempersiapkan perlengkapan untuk melayat, tapi kau malah asik dengan kegiatan tidurmu!"
Hah!!
Terkejut.
Lagi-lagi aku dibuat kaget.
Kenapa dia jadi berubah kasar batinku. Lagi pula kapan mereka mengatakan untuk bersiap-siap?. Tidak ada yang mengatakan padaku untuk bersiap-siap. Tidak ada yang menyuruhku untuk pergi melayat.
Dengan sisa perasaan terkejut yg kumiliki, aku pun mempersiapkan diri juga perlengkapan yang harus ku bawa untuk melayat, dan saat aku mempersiapkan baju-baju yang akan ku bawa aku ingat ternyata kawan-kawan bersiap untuk melayat nenek dari kawan ku yang kembali ke sisi Tuhan kemarin sore.
Sebuah pertanyaan lain kembali bersarang di otak buntuku. “Dengan apa kami pergi ke kampung yg jauh dari kota ini...?. Tak lama berselang, pertanyaanku terjawab. Kami akan menggunakan beberapa mobil milik beberapa orang kawanku untuk sampai ke kampung itu.
...
Saat aku sedang asik-asingnya menyusun barang-barang ku ke dalam bagasi mobil, sekilas aku melihat sekilas sosok yang ku kenal, yang  kurang lebih setahun tidak kutemui.
Dia...??Hah!!
Diaa? Ada disini? Dirumahku? Kok Bisa?
Berbagai pertanyaan bergelayut menuntut jawaban di dalam otakku.
Sosok itu kembali lagi. Membuat memori yang seharusnya ku simpan rapat-rapat, perlahan-lahan kembali bangkit kepermukaan . Dan hatiku terasa nyut-nyutan saat memori itu kembali lagi.
Aku mencoba untuk mengabaikan sosoknya yang sedang melihatku dengan tatapannya yang tak pernah bisa kuaratikan. Tatapan dingin yang selalu mengintimidasi. Aku terus menyibukkan diriku dan berpura-pura jika dia tidak pernah ada disini. Berdiri bersandar di tempok teras rumahku.
                Tapi kenyataannya, sosok itu. Dia. Dia memang ada disana menatapku dari jauh..

Tidak berubah, pikirku.
...
Tiba saat keberangkatan, aku duduk di depan di samping kawanku yang akan menyetir mobil yg kami tumpangi. Dan lagi, dia memilih duduk satu mobil dengan diriku. Apa sebenarnya yang ada dipikiran dia. Keadaan menjadi sangat canggung. Aku mencoba untuktetap mengabaikan dirinya dengan membuat lelucon bersama temanku yang sedang menyetir mobil..



Comments

Popular posts from this blog

Because I’m so stupid

I don't have any idea

Who Am I