Dream : March 15, 2018
Saat itu kami berencana
untuk menjenguk kawanku di sebuah rumah sakit, dia pulang ke Indonesia dari
belajarnya di luar negeri dikarenakan
sakit yg dideritanya. Agak sedikit canggung dan malu. Jantungku juga
berdebar saat aku dan beberapa kawan kawan telah sampai di Parkiran rumah sakit
dimana ia dirawat.
Kami masuk kedalam rumah sakit itu, menuju resepsionis dan bertanya nomor
kamar dimana dia dirawat. Setelah bertanya, kami pun menuju ke kamar rawatnya. Kami menekan
bel, lalu disambut oleh kerabatnya yg juga menunggunya saat di rumah sakit. Kami
masuk, agak terkejut, karena kamar yang digunakan adalah kamar vvvip di rumah sakit itu.
Seperti rumah, batinku.
Kami dipersilahkan duduk,
dan dijamu layaknya tamu saat berkunjung di sebuah rumah. Kami menunggu dia
datang menemui kami.
Sambil menunggu, kami
berbincang-bincang dengan ibu dari dia. Saat asik berbincang-bincang, dia
datang. Kaget, itu responku dan
teman-temanku saat melihat dia datang menghampiri kami.
Kami kira dia terbaring lemah tak berdaya di sebuah ranjang dengan selang infus
dan selang oksigen di tubuhnya. Namun, realitanya dia dapat bergerak lincah
layaknya orang normal kebanyakan. Ingin bertanya, tapi ku urungkan.
Dia menghampiri kami, dan
jantungku semakin berdebar. Kupikir dia akan menghampiri kawanku yg notabennya
adalah seseorang yg telah menjalin hubungan denganya atau kawanku yg lain yang notabennya adalah seseorang yang
telah lama memiliki ketertarikan padanya. Namun, dia menghampiriku, menjabat erat
tanganku bahkan memelukku. Aku kaget dan bingung dibuatnya, aku tak dapat
berkata-kata,
jantungku lebih berdebar dibuatnya,
lidahku kelu tak dapat mengucapkan sepatah katapun. Dia
tersenyum padaku, lalu menanyakan kabarku sebelum dia menyalami yang lain layaknya seorang
teman yang berbelas tahun tak bertemu.
Setelah
berjabat tangan dan bertukar kabar, dia meminta ijin
kepada yang
lain untuk masuk ke ruangannya lagi untuk mengambil sesuatu, lalu setelah itu dia
kembali dengan buah tangan yang Ia bawa dari negara dimana dia belajar. Aku
mendapatkannya begitupun dengan yang lain.
Setelah itu dia mencari
posisi tempat duduk tepat di samping kiri ku. Dia berbincang-bincang sedikit
dengan teman temanku, dia tidak sedikitpun
menyinggung dan mengatakan sakit apa yang dideritanya selama ini, dia hanya
berkata jika ia telah baik baik saja. Setelah itu dia pindahkan posisi duduk di
depanku dan memunggungi dua orang kawanku yang memiliki hubungan lebih dengan dia. Dia
terkesan mencari cari topik saat berbicara padaku, dia bercerita banyak, dan
aku pun bercerita banyak. Sampai pada suatu waktu, aku bertanya apakah benar
dia telah menjalin hubungan dengan salah seorang kawanku dan dia menjawab
tidak..
Bahagia ?
Iya aku bahagia, kami
bercerita banyak hal, dan tertawa. Aku sebenarnya tidak enak hati karena aku berbicara
dengan orang dia dihadapan dua orang temanku, dan teman-teman lainnya, aku sudah mencoba berkata kepada
dia untuk merubah posisi tempat duduknya, tapi dia menolak.
Setelahnya dia mengajak
kami untuk berjalan bercengkrama di luar gedung rumah sakit, kami kaget dan sedikit takut karena dia sedang sakit. Kami pikir dia dilarang untuk keluar dari rumah sakit ini.
Namun, ternyata dia diperbolehkan oleh dokter yang menanganinya juga orang
tuanya. Kami berpamitan, bersalaman kepada semua kerabatnya yg ada di ruangan
itu, tiba saat bersalaman dengan neneknya, aku pamit, pipiku dicium dan puncak
kepalaku dielus, dipeluk dan nenek itu tersenyum hangat padaku, begitupula
dengan ibunya.

Comments
Post a Comment